 |
https://www.britannica.com/ |
Akhirnya, setelah
sekian lama tidak menulis hari ini bisa upload hasil kegabutan dicampur dengan
niat yang abal-abal ini haha. 3 alasan saya stop menulis akhir-akhir ini
yaitu berawal dari laptop yang sakit dan susah diajak musyawarah lalu berujung
dengan sakarotul maut. Innalillahi wa innailaihi roji’un turut berduka cita
atas meninggalnya laptopku yang sekian lama telah menemani saya menggarap
segalanya, terimakasih sudah pernah ada wkwkwk. Kedua, dengan segenap
kegiatanku yang lumayan padat pun tentu sangat ingin diprioritaskan ketimbang
dia hahaha. Dan ketiga, M A L A S !!!
Alhamdulillah PON XX
Papua memberikan saya keinginan dan kesempatan untuk menulis lagi. Kompetisi
blog yang diadakan panitia PON membuat saya terpikat untuk join, disamping
ingin terlibat dan berpartisipasi di ajang pesta olahraga terbesar di Indonesia
ini, pun hadiah yang ditawarkan cukup menarik. Begitupun tema yang sudah
ditentukan membuat saya tidak pusing lagi harus mencari konsep apa yang akan
saya tulis, well akhirnya saya mengangkat judul “Terbitnya Matahari dari
Arah Timur”. But, dipertengahan proses penulisan artikel ini banyak
kendala yang saya jumpai, mulai dari kesiapan yang mendadak, ketidakyakinan
hati, laptop yang belum kebeli hingga H-10 hari pengumpulan artikel, pun
beberapa tugas yang mengharuskan saya untuk menyelesaikannya dalam waktu dekat.
And in the end zonk hingga terakhir tanggal pengumpulan, artikel
blog saya pun belum terupload juga. Dan lagi, yang paling bikin saya gagal
upload adalah hati kecil saya mendorong mata ini melihat beberapa blog peserta
yang sudah terupload untuk dibaca satu per satu, kemudian terciptalah rasa minder,
lalu tidak percaya dengan karya sendiri dan diakhiri dengan “kok malas lanjut
ya” yap inilah salah satu kelemahan yang saya punya, ragunya gak ketolongan, tapi
kalau sudah yakin jangan diragukan lagi haha endel.
Oke kita move on dari
drama yang sangat tidak berfaedah itu, disini saya memutuskan untuk bercerita
ria, bukan berdasarkan tekanan apalagi tuntutan, melainkan berdasarkan keinginan.
Biarkan saya melanjutkan dan menyelesaikan apa yang sudah saya kerjakan, asekk wkwk.
Mari kita mengenal Pulau
Papua lebih jauh lagi. Papua adalah Provinsi yang terletak
di bagian paling timur wilayah Indonesia, memiliki keindahan alam yang mampu
menghipnotis mata semua orang, katanya begitu. Konon Provinsi ini bernama Irian
Jaya yang mencakup seluruh wilayah Pulau Papua, namun pada tahun 2003 telah
dibagi menjadi dua yaitu dibagian timur tetap bernama Provinsi Papua dan bagian
baratnya menjadi Provinsi Papua Barat, dimana Kota Nabire dan Kabupaten Kaimana
menjadi perbatasan antara Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (definsinya
bermodal peta), eh btw saya belum tau mana Nabire mana Kaimana loh haha,
semoga lain waktu bisa berkunjung ya, aamiin.
 |
https://brainly.co.id/ |
Alam yang apik,
unik dan sedap dipandang mata tentu menjadi tujuan wisata primadona bagi
traveler, saya pernah mendengar dari mulut ke mulut bahwa belum bisa disebut
traveler sejati jika belum tiba di Bumi Cenderawasih ini. Wah, penasaran dong
seperti apa kecantikan Pulau di ujung timur Indonesia. Pernah dengar kiasan “Surga
kecil yang jatuh ke bumi”? kiasan tersebut yang kerap kali saya dengar
sebelum memutuskan untuk bersua dengan pulau ini. Setelah tiba dan menginjakkan
kaki di tanah Papua saya rasa itu bukanlah kiasan biasa yang mereka sering
sebut, tapi memang luar biasa nyata dan benar adanya. Setiap kaki ini melangkah,
saya selalu disuguhi oleh pemandangan seperti hamparan pulau-pulau kecil,
gunung, bukit dan lautan, and this makes me feel like ”wow”. Oleh
karenanya saya tidak pernah merasa bosan keluar bersepeda kesana kemari meski
harus mengorbankan kulit ini disengat terik melebihi disengat tawon haha. Kemanapun
saya pergi selalu bertemu gunung, kemanapun saya pergi selalu bertemu bukit,
pun inilah salah satu yang membuat saya sedikit mengurangi ketidak betahan
akibat tidak punya teman waktu itu. Dan ya, saya sudah percaya bahwa alam Papua
tidak kaleng-kaleng, masih benar-benar alami dan menurut saya wajar-wajar saja
jika diapresisasi sedemikian rupa bahkan sampai dunia.
 |
foto: Humas Setda Kota Jayapura |
 |
https://indonesiaituindah.com/ |
Terlepas dari
kecantikan alamnya, di tempat ini saya menemukan sisi Indonesia, dengan segala
keanekaragaman dari Sabang sampai Merauke pun ada didalamnya. Saya sangat
bersyukur sekali bisa singgah bahkan sudah menjadi bagian dari pulau ini, sebab
dari sini saya mengenal banyak macam suku, tradisi, makanan, bahasa, agama,
karakter dll. Manfaatnya adalah saya juga tidak perlu jauh-jauh ke Makassar jika
ingin mencicipi buras dan coto makassar, tidak perlu jauh-jauh ke Manado jika ingin
mencicipi bubur manado, dan masih banyak lagi makanan khas daerah masing-masing
disini yang belum saya rasa. Begitupun Bahasa yang dimiliki, kerap kali saya
mendengar orang berbicara dan saya tidak paham itu bahasa apa, ternyata mereka
berbincang pakai Bahasa Makassar, ternyata mereka berbincang pakai Bahasa
Gorontalo, ternyata mereka berbincang pakai Bahasa Ternate dan masih banyak
lagi. Baiknya lagi, toleransi masyarakat antar agama pun sangat erat sekali. Pun saya juga belajar banyak hal, salah satunya bagaimana saya mengenal dan menyikapi sisi karakter setiap orang dan lingkungan
yang tentu terkadang jauh berbeda dari sebelumnya dan ini adalah suatu
anugerah tersendiri bagi saya untuk tumbuh dan melihat lebih jauh lagi sisi
dunia ini. Jadi, sah-sah saja kan jika Papua saya sebut sebagai Indonesia versi
mini hihi.
 |
https://hot.liputan6.com/ |
 |
https://www.celebes.co/coto-makassar |
Nah lagi dan
lagi ada hal yang perlu di diluruskan dan dibagi perihal pandangan banyak orang
tentang Pulau ini yang perlahan telah berhasil membuka mata saya lebih lebar
lagi. Yang terlintas di benak saya waktu itu Papua adalah pulau yang masih
memiliki kesan tertinggal seperti yang ditayangkan di media selama ini, dengan serangkaian
tempat yang dipenuhi dengan hutan belantara, infrastruktur yang minim, tidak
ada jaringan, mall (pusat perbelanjaan), bioskop, apalagi hotel. Mungkin
teman-teman yang belum pernah tiba di Pulau ini juga sependapat dengan saya,
iya kan? Oya,
berbicara perihal infrastruktur, saya mengajak kalian throwback sedikit saat
saya meng iyakan untuk pergi ke tanah Papua. H-5 hari keberangkatan, you know
apa yang saya lakukan? saya berinisiatif pergi jalan-jalan dan menginap di kost
teman saya Rizky, selama 3 hari. Saya menghabiskan waktu selama 3 hari dengan
nonton, ngemall, jalan kesana kemari, makan ini dan itu wes pokoknya apa yang
saya mau waktu itu harus keturutan wkwk. Semua yang saya lakukan tidak lain
adalah dalam rangka memuaskan diri sebelum berpuasa dengan segelintir tetek
bengek Papua yang katanya minim infrastruktur (pikirku
waktu itu). Ternyata apa yang selama ini kita nilai itu salah besar, rek. Setelah saya
berada disini dan melihat secara langsung bagaimana fasilitas Papua dan
infrastrukturnya semuanya sudah tersedia, bahkan
hotel-hotel ternama seperti Aston dan Horison tidak perlu ditanya, juga
beberapa mall yang sudah dilengkapi dengan supemarket (Hypermart), Matahari
Department Store, Bioskop, Resto dan masih
banyak lagi. Pun perihal pendidikan bertaraf internasional juga sangat ada disini. Uniknya lagi, gaya hidup modern yang dimiliki kota juga dikemas dengan pemandangan alam perbukitan yang masih alami. |
https://wiranurmansyah.com/ |
 |
https://kabarpapua.co/ |
Kemudian tentang
hal lain selain Jembatan Youtefa yang saya tidak habis pikir adalah Stadion
Megah bisa berdiri gagah di tanah Papua, ya Stadion Lukas Enembe. Bulan lalu
saya sempat mendatangi stadion ini dalam rangka survey dan dokumentasi terkait
persiapan PON XX untuk mendukung artikel saya. Tetapi lagi dan lagi persiapan belum benar-benar matang, and alhasil survey dan dokumentasi apa adanya haha ya sudahlah. By the way, stadion ini yang akan menjadi
venue utama PON XX mendatang, memiliki kapasitas lebih dari 40.000 penonton dan
fasilitas yang berstandar kelas dunia, mulai dari rumput berstandar FIFA,
lintasan atletik pun beberapa venue di dalamnya. Stadion ini juga telah meraih
penghargaan rekor muri untuk 3 kategoi sekaligus; Pertama, kategori atap baja
lengkung benteng terpanjang. Kedua, kategori atap tanpa sambungan dan baut
mengerucut terluas berbentuk dome. Ketiga, kategori instalasi dan diameter
terbesar textile duct. Siapa sangka Papua telah memiliki Stadion level Internasional
dan termegah setelah Stadion Gelora Bung Karno Jakarta, lebih-lebih tidak
menutup kemungkinan jika Indonesia dipercaya bisa menjadi tuan rumah Olimpiade atau
Piala Dunia yang akan datang bukan? hehe.. |
https://www.pasificpos.com/ |
 |
foto: Dok PUPR
|
Terakhir, bangga
tidak sih ketika kita sedang berada di lokasi yang nantinya akan menjadi tuan
rumah pesta olahraga terbesar di Indonesia dan akan didatangi oleh para atlet provinsi
se Indonesia? pasti bangga dong meski dengan situasi dan kondisi yang tidak biasa
ini (semoga pandemi segera berakhir ya). Dengan dipercayainya sebagai tuan
rumah PON XX, Papua semakin dikenal dan sudah tidak dipandang sebelah mata
lagi. Saya rasa persiapan yang diselenggarakan semakin hari semakin terlihat, mulai dari media sampai beberapa venue yang sedang digiat. Harapannya, semoga penyelenggaraan PON XX di tanah Papua ini berjalan sesuai
keinginan dan memberikan kesan tersendiri, khusus nya kepada para atlet yang
sudah jauh-jauh datang dari masing-masing Provinsi bahkan dari ujung barat Indonesia,
Aceh. |
https://www.ponxx2020papua.com/ |
Well, well, well. Sebetulnya masih
banyak yang ingin saya sampaikan perihal Papua ini, apalagi explore pendidikan dan
sejarah nenek moyang orang Papua di Kampung Enggros (sepertinya menarik sekali sih), juga cerita festival
sentani yang katanya seru parah. Tapi, sayangnya saya tiba di Papua disambut dengan pandemi. Oke tak apa, dan saya rasa ini sudah
lebih dari cukup haha.
Gimana, sudah ada bayangan tentang Papua kan? next kita cerita lagi ya, sampai jumpa di
waktu senggang jangan kangen akuuu hahahahaaa
Komentar
Posting Komentar