Kali Pertama Makan Papeda


Tidak terasa sudah enam bulan saya berada di tanah Papua, tapi tidak pernah sedikit pun mencicipi yang namanya papeda, jangankan mencicipi bentuknya saja tidak tau. Apa itu papeda? Papeda adalah makanan khas masyarakat Papua dan Maluku, terbuat dari bahan dasar sagu dan menjadikannya sebagai pengganti nasi, dengar-dengar sih begitu. 

Nah, setelah libur dari work from home paska lebaran, guru-guru diminta datang ke sekolah untuk memenuhi administrasi dan tetek bengek nya yang beraneka ragam, sekaligus “besok kita masak papeda ya, tolong dibelikan sagu dan kangkungnya, besok uangnya diganti, untuk ikannya sudah ada” begitulah isi pesan ibu kepala sekolah di grup whatsapp. Auto dalam hati “wow papeda?, inilah saatnya saya coba yang namanya papeda haha”. 

Keesokan harinya, disekolah pada sibuk masing-masing. Emang gak lockdown ya? Tetap disini masih dengan situasi yang sama seperti daerah yang lainnya, hanya saja penerapannya mungkin sedikit berbeda, untuk sekolah tetap masih libur, kemudian untuk aktivitas umum dibatasi sampai jam 2 siang, diatas jam 2 jalanan sudah agak sepi sebab semua toko, pasar dan aktivitas umum lainnya wajib ditutup. Yap balik lagi ke papeda, sayangnya saya tidak melihat secara langsung proses pembuatan papeda, sebab saya sedang bertugas mendata calon peserta didik baru di depan kantor.

Akhirnya papeda dan sayur kangkungnya sudah matang, sekaligus sudah ada beberapa potong semangka di sampingnya. Kali pertama mata saya langsung tertuju kepada masakan berwarna putih dengan tekstur seperti lem glukol yang sengaja ditaruh di wadah besar, saya mendekat dan langsung tanya.
“bu, ini kah yang namanya papeda?” 
“iya mbak, loh mbak rica belum tau papeda?”
“hehe belum bu”
Seketika beberapa guru yang disana langsung menggoda saya dong
“wahh pokoknya harus coba ini”

Dari situlah kemudian saya banyak tanya mengenai papeda yang terbuat dari endapan air sagu. Memang benar bahwa papeda sebagai pengganti nasi oleh masyarakat asli Papua, jadi papeda itu ibarat nasinya kemudian dipadukan dengan sayur kangkung dan ikan sebagai lauknya, kira-kira begitulah.

Jujur, saya masih sedikit tertegun sambil mengaduk-aduk makanan yang disebut papeda itu, masih menganga gimana rasanya, masih mencerna gimana makannya. Ikan pun juga akhirnya sudah matang, mereka sering sebut dengan “ikan ekor kuah kuning”, dan ini juga kali pertama saya memakannya. 

Guru-guru sedikit menggoda saya dengan melihat kira-kira apa dulu yang saya ambil, kemudian  ada salah satu guru yang memberitahu kalau makan papeda biasanya kita ambil ikan ekor kuah kuningnya terlebih dahulu lalu papedanya begitu. Oya ikan ekor kuah kuning itu tibak’e iwak tongkol rek, berkuah asam yang berwarna kuning, kalau di jawa kelihatannya seperti kuah santan tapi rasanya beda karena ada asam-asamnya. 

Setelah mengambil ikan ekor kuah kuningnya, langsung saya mengambil papedanya, haduhh ngambilnya saja susah wes pokok kayak ngambil lem glukol gitu lah, mungkin karena sedikit asing ya bagi saya, juga tidak lupa dengan sambal diatasnya. Gimana rasanya mbak? Hambar (namanya saja pengganti nasi ya, nasi kan memang rasanya hambar juga), berasa makan tepung kanji, yang bikin enak pengaruh dari kuah kuningnya, saya makannya sedikit demi sediki tapi kuahnya dibanyakin, kalau di total seberapa banyak papeda yang masuk ke dalam perut mungkin tidak sampai satu sendok. Herannya lagi yang lain sampai nambah-nambah gitu lo ngambilnya “doyan banget” dengan diberi tumis kangkung dan dicampur lagi dengan ikan ekor kuah kuning, kebayang gak rasanya gimana. Serunya lagi paska ngambil papedanya lihai sekali, digulung-gulung menggunakan 2 sendok sampai menggumpal di sendoknya, ibarat ngambil gulali gitu lo, faham gak sih (kudu faham), tapi biasanya menggunakan sumpit, katanya begitu. Salah satu guru kemudian bilang kepada saya “kalau sekali makan papeda dia suka, pasti akan doyan mbak, tapi kalau sekali tidak suka seterusnya bakal tidak suka”. Dan ya, sepertinya papeda memang tidak cocok untuk lidah saya hihi

Kapan-kapan pengen coba buat papeda, terus kubagikan di kampung, kira-kira serupa sama saya tidak ya hehe, btw gambar di atas saya ambil di google

Jangan kangen aku, tunggu cerita saya selanjutnya yaa wkwkwkwk…

Komentar

Postingan Populer